Radio Trilolok FM menghadirkan sebuah program baru yakni “Generasi Z Bicara.” Program ini ini didedikasikan khusus untuk komunitas Generasi Z, yang merupakan generasi setelah para milenial.
Generasi Z, atau sering disingkat sebagai Gen Z, lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Mereka tumbuh dalam era teknologi yang begitu maju, terutama teknologi digital seperti Android.
Dalam episode perdana ini, Trilolok FM menghadirkan tamu istimewa dari SMAS Santo Arnoldus di Kupang.
Mereka adalah Farel Kotan, Maria Jesicca Do Tengah dan Sobina Modesta (Ebi).
Isidorus Lilijawa, S.Fil, MM, moderator acara ini, mencoba untuk menggali pandangan mereka tentang masa depan keuangan Generasi Z.
Tiga tamu istimewa ini merupakan siswa berprestasi dari SMAS Santo Arnoldus Janssen yang memiliki pengalaman unik dalam dunia sekolah dan di luar sekolah.
Sebelum kita mendengarkan pandangan mereka lebih jauh, mari kita kenali sedikit tentang SMA Santo Arnoldus Janssen di Kupang.
Mungkin banyak yang belum tahu mengenai sekolah ini, namun dari cerita Farel, Jessica dan Ebi, sepertinya sekolah ini adalah tempat yang istimewa bagi mereka.
Sekolah ini mendapatkan akreditasi A dan telah meraih prestasi di berbagai bidang, seperti musikalisasi puisi tingkat nasional dan debat Bahasa Indonesia.
Bahkan, saat mereka berbicara di acara ini, mereka merasa didukung oleh sekolah dan guru-guru yang sangat membantu.
Jessica menambahkan bahwa dukungan dari sekolah, terutama dalam lomba musikalisasi puisi, sangat besar.
Banyak guru yang memberikan bantuan kepada mereka, dan hal ini menciptakan suasana yang positif di sekolah.
Jessica juga merasa bahwa berpartisipasi dalam lomba tersebut membantu siswa untuk berkomunikasi dengan guru tentang hal-hal yang mungkin mereka tidak pahami sepenuhnya.
Ini menciptakan hubungan yang lebih baik antara siswa dan guru.
Ebi menyoroti pentingnya dukungan dari sekolah dalam menghadapi tantangan dalam lomba ansambel.
Meskipun ada banyak tekanan, mereka merasa memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan dan kemampuan berkomunikasi mereka.
Salah satu tantangan yang dihadapi oleh Generasi Z adalah kecanduan teknologi, khususnya gadget dan smartphone.
Farel, Jessica, dan Ebi setuju bahwa gadget adalah bagian integral dari kehidupan mereka.
Namun, mereka juga menyadari bahwa penggunaan yang berlebihan dapat menjadi masalah.
Mereka berpendapat bahwa penting untuk mengontrol waktu yang dihabiskan untuk belajar, bersosialisasi, dan menggunakan smartphone.
Generasi Z sering dikritik karena dianggap introvert dan cenderung menyendiri di dunia digital mereka.
Namun, tamu kita mengklaim bahwa teknologi juga memungkinkan mereka untuk berkomunikasi dengan baik.
Mereka merasa bahwa teknologi dapat digunakan untuk tujuan yang positif, seperti berbagi pengetahuan dan informasi dengan lebih banyak orang.
Jessica menekankan pentingnya literasi dalam dunia digital.
Dia berpendapat bahwa literasi meningkatkan wawasan dan pengetahuan mereka.
Selain membaca buku, mereka juga berbicara tentang literasi dalam konteks presentasi di sekolah.
Presentasi ini memberikan mereka kesempatan untuk berkomunikasi dengan guru tentang hal yang mungkin mereka tidak mengerti sepenuhnya, sehingga meningkatkan keterampilan komunikasi mereka.
Farel, Jessica dan Ebi sepakat bahwa teknologi adalah alat yang sangat berharga dalam mengelola keuangan.
Mereka merasa bahwa dengan menggunakan teknologi dengan bijak, mereka dapat mengendalikan dan mengelola keuangan mereka dengan lebih baik.
Mereka juga berharap bahwa teknologi dapat membantu mereka meraih kesuksesan finansial di masa depan.
Menurut Farel, Generasi Z harus belajar mengendalikan penggunaan teknologi dan tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga produsen konten yang positif.
Jessica menambahkan bahwa penggunaan teknologi yang bijak dapat membantu mereka menjadi lebih terkenal dan mungkin bahkan menghasilkan uang.
Ebi menggarisbawahi pentingnya belajar mengendalikan penggunaan teknologi untuk meraih kesuksesan finansial.