Oleh Pater Petrus Salu, SVD, MA
Saya beri ulasan singkat buku yang saya baca, Self Love karya Jannena Amba dan relevansinya di Zaman Digital. Jannena Amba mengajak pembaca untuk memahami dan mempraktikkan arti sejati menghargai serta mencintai diri sendiri.
Dalam dunia sekarang, manusia yang semakin sibuk saja dengan pencitraan diri, cari popularitas diri, budaya instan, dan tekanan sosial, buku ini hadir sebagai panduan reflektif agar setiap orang kembali menemukan jati diri yang otentik.
Jannena menekankan bahwa self love bukanlah egoisme atau memanjakan diri secara berlebihan, melainkan sikap menerima diri apa adanya, merawat harmoni tubuh dan jiwa, serta menetapkan batas sehat dalam relasi sosial. Ia juga mengingatkan bahwa mencintai diri alias menghargai diri adalah fondasi untuk bisa mencintai sesama dan merawat bumi, serta menjaga relasi yang baik dengan Sang Pencipta.
Di tengah maraknya budaya pencitraan diri yang dangkal, konsumsi instan, dan kecenderungan membandingkan diri lewat media sosial, banyak orang justru kehilangan makna hidup, merasa sepi, cemas, dan tidak bahagia. Buku ini mengingatkan bahwa menghargai diri adalah langkah awal keluar dari lingkaran itu – dengan mengenali keunikan, potensi, dan keterbatasan diri, serta tetap membangun relasi yang sehat secara horizontal (dengan sesama dan lingkungan) dan vertikal (dengan Tuhan). Rendah Hatilah!
Jannena juga menegaskan, manusia tidak diciptakan untuk hidup sendiri. Konsep No Man Is An Island sangat relevan:
Mencintai Diri, Menghargai Diri, Menjaga Diri, bukan memisahkan diri, tapi justru memampukan kita hadir secara utuh dan bermakna dalam hidup bersama.
Kesimpulan:
Self Love adalah buku penting di era penuh distraksi dan tekanan sosial. Dengan bahasa yang lugas dan praktis, Jannena Amba membantu pembaca memahami bahwa menghargai diri sendiri adalah syarat mutlak untuk sehat rohani – jasmani, bahagia, sukacita, damai, mampu mencintai sesama, dan hidup selaras dengan alam serta Sang Pencipta.
——————
Kefamenanu:
02-09-2025