Buku: 150 Tahun Serikat Sabda Allah (SVD)
Tahun terbit :2025
Resensi oleh: Theresia Chaterine Ladjar (XB)
Serikat Sabda Allah atau yang biasa disebut SVD berdiri pada tanggal 8 September 1875 di Steyl, Belanda. Pendiriannya dilakukan oleh St. Arnoldus Janssen, seorang imam yang peduli pada pewartaan Injil. Saat itu Gereja di Jerman sedang ditekan oleh kebijakan Kulturkampf, sehingga para imam kesulitan untuk berkarya. Dari situlah Arnoldus merasa perlu mendirikan sebuah komunitas misionaris yang bisa pergi ke mana saja tanpa terhalang batas negara ataupun budaya.
Awalnya SVD hanyalah komunitas kecil dengan beberapa anggota. Namun, semangat mereka sangat besar hingga pada tahun 1879 mereka berhasil mengutus misionaris pertama ke Tiongkok. Perjalanan ini tidak mudah karena menghadapi perbedaan bahasa, budaya, dan situasi politik yang sulit. Meski demikian, misi SVD tetap bertahan dan terus berkembang ke berbagai negara di Asia, Afrika, hingga Amerika Latin.
Pada tahun 1912, SVD mulai hadir di Indonesia, tepatnya di Flores, Nusa Tenggara Timur. Kehadiran mereka membawa banyak perubahan, terutama dalam bidang pendidikan dan pelayanan umat. Banyak sekolah, seminari, serta karya sosial yang lahir dari pelayanan SVD dan terus berkembang hingga saat ini.
Seiring waktu, SVD bertumbuh menjadi salah satu kongregasi misionaris terbesar di dunia. Saat ini, para misionaris SVD berkarya hamper di 80 negara. Mereka tidak hanya melayani di gereja, tetapi juga aktif di bidang pendidikan, media, karya sosial, keadilan, perdamaian, serta mengembangkan semangat inkulturasi dengan budaya setempat.
Seiring waktu, SVD bertumbuh menjadi salah satu kongregasi misionaris terbesar di dunia. Saat ini, para misionaris SVD berkarya hamper di 80 negara. Mereka tidak hanya melayani di gereja, tetapi juga aktif di bidang pendidikan, media, karya sosial, keadilan, perdamaian, serta mengembangkan semangat inkulturasi dengan budaya setempat.
Pada tahun 2025, SVD merayakan 150 tahun sejak berdirinya dengan tema: “Witnessing to the Light: From Everywhere for Everyone” atau “Bersaksi tentang Terang: Dari mana saja, untuk semua orang”. Hingga kini, SVD tetap setia pada misinya untuk mewartakan Sabda Allah ke seluruh dunia.
Kelebihan
Kisah tentang Serikat Sabda Allah ini memiliki kelebihan karena mampu menghadirkan sejarah yang runtut mulai dari awal berdirinya hingga perkembangannya saat ini. Ceritanya juga menunjukkan semangat misi yang kuat dan nilai inkulturasi yang begitu mendalam, sehingga pembaca dapat memahami betapa luas dan pentingnya karya yang dilakukan SVD di berbagai negara, termasuk Indonesia. Bahasa yang digunakan pun sederhana, sehingga memudahkan siapa saja untuk memahami isi cerita.
Kekurangan:
Meski demikian, kisah ini masih memiliki kekurangan karena tidak banyak mengangkat tokoh lain selain pendiri, St. Arnoldus Janssen. Beberapa bagian juga terasa singkat dan belum memperlihatkan secara detail bagaimana pengaruh SVD dalam kehidupan masyarakat global masa kini. Selain itu, contoh konkret karya SVD di luar bidang pendidikan dan pelayanan sosial masih kurang ditampilkan.
Kesimpulan:
Secara keseluruhan, kisah Serikat Sabda Allah ini memberikan gambaran yang jelas tentang perjalanan sebuah kongregasi misionaris besar yang berakar dari semangat pewartaan Injil. Perayaan 150 tahun menjadi pengingat bahwa SVD tetap setia pada misinya untuk membawa terang bagi semua orang tanpa mengenal batas bangsa maupun budaya.














