Example 700x300
Example floating
Example floating
Berita

Keluargaku Adalah Istanaku

478
×

Keluargaku Adalah Istanaku

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh Maria Brites Da Costa

Liburan kali ini sungguh berbeda dari yang pernah aku jalani sebelumnya. Tidak ada koper besar, tidak ada tiket pesawat, tidak ada foto pantai atau pemandangan gunung. Yang ada hanya aku, rumah, dan banyak orang yang saling membantu dalam satu acara penting pernikahan anak Mama Olive, guru TK-ku yang sudah seperti keluarga sendiri.

Example 300250

Semuanya dimulai dengan hela keta, sebuah acara adat yang dilakukan sebelum menuju pernikahan. Hari itu rumah Mama Olive mendadak penuh sesak. Tenda biru berdiri di halaman depan, kursi-kursi plastik berjajar rapi. Orang-orang datang silih berganti membawa makanan, hiasan, dan suara obrolan riuh.

Aku berdiri di samping Mama Olive, tanganku sibuk membungkus kue kering. “Kamu capek nggak, Nak?” tanya Mama Olive sambil menepuk pundakku pelan.
Aku tersenyum. “Nggak kok, Ma. Seneng malah. Ramai begini,” ungkapku.
Mama Olive hanya tertawa kecil. Matanya tampak berbinar meski kelelahan.

Setelah hela keta selesai, suasana rumah Mama Olive masih tetap sibuk. Belum ada kata istirahat. Kami masih harus rapat kecil, membahas makanan apa yang kurang, hiasan mana yang harus ditambah, dan apa saja yang perlu dibawa saat lamaran nanti.

Selama tiga hari itu aku hampir setiap pagi datang membantu. Kadang hanya duduk mendengarkan para orang tua berdiskusi, kadang ikut mencatat pesanan katering, kadang sekadar membantu membersihkan sisa-sisa bungkus plastik yang berserakan di halaman. Meski begitu, aku tidak merasa bosan. Bagiku, suasana hangat di rumah Mama Olive seperti rumah kedua.

Tiga hari kemudian, rombongan pihak pengantin cowok  tempatku berdiri bersiap untuk berangkat melamar ke rumah pengantin cewek. Pagi itu aku bangun lebih cepat, memakai baju rapi, dan berdiri di dekat Mama Olive yang tampak cantik dengan kebaya sederhana.

“Siap, Nak?” tanya Mama Olive sambil merapikan jilbabnya di kaca mobil.
“Siap dong, Ma!” jawabku sambil terkekeh.

Di rumah pengantin cewek, suasananya tidak kalah hangat. Wajah-wajah gugup bercampur lega. Keluarga saling berjabat tangan, saling melempar senyum. Aku berdiri memegang nampan kecil berisi kue dan bingkisan, menatap Mama Olive yang duduk berhadapan dengan keluarga pengantin perempuan. Aku bisa melihat mata Mama Olive sedikit berkaca-kaca, mungkin lega karena satu langkah penting sudah terlewati.

Beberapa hari upacara peminangan, pernikahan sebagai acara puncak pun tiba. Sejak matahari terbit, rumah Mama Olive kembali ramai. Tenda dihiasi bunga-bunga segar, kursi disusun berbaris, suara musik pelan mengalun menenangkan.

Aku sibuk mondar-mandir: kadang ke dapur mengantar piring, kadang ke depan mengantar minuman untuk tamu, kadang berhenti sejenak menatap kedua mempelai duduk di pelaminan dengan senyum penuh harapan.

Di sampingku, Mama Olive berdiri sambil menggenggam tanganku. “Terima kasih sudah bantu Mama dari awal,” bisiknya pelan.Aku hanya mengangguk kecil, merasa haru tapi juga bangga karena bisa ikut membantu. Setelah semua acara selesai, rumah Mama Olive perlahan kembali sunyi. Aku pulang ke rumah dengan badan pegal, tapi hatiku hangat.

Tiga hari kemudian, aku dan mama memutuskan keluar rumah. Bukan liburan mewah hanya lari sore di jalan kecil dekat rumah. Kami berlari pelan, saling mengejek siapa yang duluan capek. Angin sore meniup rambutku, membuatku tertawa lepas.

Usai lari, kami mampir ke Alfamart. Aku memilih minuman dingin, mama mengambil beberapa cemilan. Di kasir, kami tertawa membahas siapa yang harus traktir meski ujung-ujungnya tetap uang mama juga yang keluar.

Liburan ini memang tidak membawa aku jauh ke mana-mana. Tapi dari hela keta, lamaran, pernikahan, hingga lari sore dan Alfamart, aku tahu bahwa bahagia tidak selalu harus dicari di tempat yang jauh. Kadang, cukup di rumah, bersama orang-orang yang membuat hati hangat.

Dan untukku, liburan ini akan selalu jadi cerita indah yang tak akan pernah ku lupa. Dan aku yakin bahwa kelurgaku adalah istanaku.

 

Catatan:

Hela keta: ritual pembersihan atau penyucian yang dilakukan masyarakat dawan (atoin meto) pada sungai yang mengalir. Suku dawan adalah salah satu suku besar di wilayah Nusa Tenggara Timur.

Example floating

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *