WartaSAJ || Sabtu, 03 Februari 2024 adalah hari terakhir kegiatan retret. Senam meditasi menjadi kegiatan awal dihari terakhir. Kegiatan Ini menjadi kesempatan bagi peserta didik untuk mensyukuri cinta Tuhan yang begitu sempurna yang dipandu oleh Pater Domi Kadju Dheo, SVD. Udara pagi, sepoian angin dan kicauan burung menjadikan suasana di Lapangan Novisiat CMF begitu damai dan memberi semangat baru bagi peserta didik.
“Aku sebagai pria dan wanita” menjadi renungan kelima dipagi hari. Iringan musik dan lagu-lagu menghantarkan mereka untuk menemukan siapa diri mereka, apa saja keunikan-keunikan yang dimiliki dan bagaimana mereka mensyukuri keunikan-keunikan itu. Pater Domi, SVD juga menegaskan bahwa “setiap kita baik pria maupun wanita memiliki keunikan-keunikan, kita dianugerahi martabat yang sama oleh Tuhan dan kita adalah pribadi yang berharga di mata Tuhan karena kita diciptakan oleh karena cinta”
“Aku dipanggil untuk berubah” menjadi renungan terakhir dalam kegiatan retret ini. Dalam renungan ini, peserta didik diajak untuk mensyukuri keunikan-keunikan dan menerima segala keterbatasan yang dimiliki dengan penuh syukur. Pater menegaskan bahwa “setiap pribadi tentu dipanggil untuk berubah menjadi lebih baik, berubah untuk menemukan ke arah mana langkah kaki kita akan berjalan dan bagaimana masa depan kita nantinya”. Lebih lanjut Pater juga mengingatkan peserta didik agar tidak terus terpuruk dalam keterbatasan, melainkan harus terus mencoba karena segala hal yang kita impikan dapat kita miliki ketika kita mau mencoba karena pengulangan adalah ibu dari kesempurnaan. Dalam renungan ini, peserta didik dituntun untuk menyadari bahwa buah dari perubahan adalah kebahagiaan. Kebahagiaan itu tidak perlu dikejar, kita cukup menanam kebaikan-kebaikan dalam hidup karena kebahagiaan itu seperti kupu-kupu, kita cukup menanam bunga dan pohon-pohon maka kupu-kupu akan datang dengan sendirinya dan kebaikan-kebaikan yang kita lakukan sebenarnya bukan untuk orang lain saja melainkan akan kembali ke diri kita sendiri.
Retret hari terakhir juga menjadi kesempatan bagi peserta didik untuk menyadari segala kesalahan yang telah dilakukan dan membuat komitmen melalui surat rindu (cinta). Dalam misa penutupan yang dipimpin oleh Pater Domi, SVD yang juga diikuti oleh para guru dan pegawai, peserta didik diajak untuk membakar dosa-dosa mereka dan mempersembahkan komitmen mereka di altar suci. Pater Domi, SVD dalam kotbahnya mengajak peserta didik untuk menjadi pribadi yang bijaksana dalam menentukan jalan untuk menggapai impian di masa depannya. Beliau juga menekankan bahwa “segala hal kecil yang kita lakukan akan besar di mata Tuhan ketika kita melakukannya dengan penuh cinta dan jika kita terus berdoa dan memohon, Tuhan tentu akan menambahkannya. Beliau juga mengingatkan bahwa “Perahu yang sudah terisi penuh dengan air pasti akan tenggelam dengan sendirinya. Begitupun dengan diri kita, jika terisi penuh dengan kesibukan-kesibukan maka jiwa kita akan kosong”.
Wisma Claretian menjadi tempat menemukan diri. Ruang makan menjadi tempat menemukan kebersamaan. Dalam kebersamaan, Archangela Ewi salah satu peserta didik kelas XII MIPA yang bertugas sebagai MC mengungkapkan bahwa “Rindu ada karena cinta, cinta ada karena kebersamaan dan kebersamaan ada karena perjumpaan. Perjumpaan di ruang makan menjadi momen terakhir kegiatan retret. Pater Apolynarius Wawo Koa, SVD selaku Kepala Sekolah dalam sambutannya mengungkapkan bahwa “Rindu ada karena jarak. Tanpa jarak takkan ada rindu”. Beliau juga mengharapkan peserta didik terus menjadi pribadi yang mau berubah dan menemukan solusi atas setiap persoalan hidup mereka dan menyetujui adanya kegiatan retret setiap tahun untuk setiap angkatan seperti yang diharapkan oleh peserta didik yang diwakili oleh Marta Mamo peserta didik kelas XII IPS dalam menyampaikan pesan kesannya. Beliau juga mengatakan bahwa “kami para guru dan pegawai akan masuk dalam barisan para mantanmu, simpanlah nama kami di dalam hatimu”.
Sayonara………