Example 728x250
Example floating
Example floating
Puisi
143
×

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

RUMAH

(Jesika Bele)

Example 300250

Mendung mendekap erat rumah itu,

Tak mampu membiarkan terang surya mendekat.

 

Perlahan kakinya menelusiri setiap sudut rumah gelap itu,

Memandang serpihan kemesraan yang hangus, tanpa sisa.

 

Dulu mereka berjejer rapi, sangat elok dipandang,

Sang suryapun senang bersenandung dengan mereka.

 

Rumah bagiku tak hanya bisa diartikan sebagai bangunan.

Rumah yang kumaksud adalah vamsa

 

Kata mereka, rumah adalah tempat pulang ternyaman

Tapi bagiku mereka salah

Bahkan, kami pun tak saling mengenal asli satu sama lain, walaupun satu atap

 

Rumah bagiku, diibaratkan sebagai tempat yang dingin, berantakan dan penuh kekerasan

Tak ada lagi tempat pulang yang benar-benar nyaman bagiku didunia ini.

 

Maaf jika kubilang seperti itu, apa karena banyak pengalaman pahit yang sering kualami sejak kecil?

 

Di dunia yang luas ini, yang kuinginkan cuman ketenangan dan cinta yang tulus, dari orang yang sudah kuanggap rumah.

 

Kini, lukanya yang membalut rumah itu,

Melindungi, agar jangan menjadi puing-puing dosa baru.

 

Berusaha memegang serpihannya agar tak jatuh,

Bahkan serpihan yang melukaiku, tak lagi kurasakan rasa sakitnya.

Tapi dengan rakus, mereka membiarkan serpihan dilahap oleh bibir dosa mereka.

Example floating

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Puisi

  KAMU DAN DIAMKU (Felicia M. Putri) Ku…

Puisi

wartaSAJ – Tanah yang subur kini menjadi gersang…

Mading

wartaSAJ – Waktu yang berlalu, takkan pernah kembali…..