wartaSAJ – Balibo bukan hanya sebuah tempat geografis, tetapi juga menyimpan sejarah yang kaya dan kompleks. Tugu Proklamasi, Balibo Five, dan Benteng Balibo adalah jejak-jejak yang menandai perjalanan panjang dan berliku Timor Leste. Sejarahnya mencakup integrasi dengan Indonesia, pengorbanan jurnalis, dan peninggalan benteng peninggalan Portugis. Balibo, dengan segala keunikan dan kenangan pahit-manisnya, tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan dan identitas Timor Leste. Tulisan ini diwariskan kepada generasi-generasi yang akan datang, karena sejarah selalu berarti kenangan dan harapan.
Oleh:
Pater Aris Wawo Koa, SVD
(Kepala SMA Santo Arnoldus Janssen Kupang)
Pada tanggal 23 Desember 2023, saya bersama Pater Urbanus Blolong, SVD, memulai perjalanan menuju Balibo dari Atambua. Pukul 17.20 waktu setempat, kami tiba di Pastoran Balibo.
Pater Ur, panggilan akrab Pater Urbanus Blolong, adalah seorang Pastor Rekan Paroki Balibo.
Suasana penuh persaudaraan menyambut kami di sore yang teduh di Pastoran Balibo.
Pastoran itu dikelilingi oleh pohon-pohon hijau, dan taman indah dengan bunga-bunga yang mekar memperindah suasana.
Kami disambut hangat oleh Pastor Eka, seorang Misionaris SVD asal India yang tengah menjalani misi di Regio Timor Leste.
Pater Eka, dengan postur tubuh pendek dan kulit sawo matang, menyapa kami dengan senyuman ramah, mengucapkan “Botarde” sambil menunjukkan keramahan Timor Leste.
Kami menikmati kopi khas Timor dan beberapa ketul paun, roti khas Timor Leste yang tak beragi, sambil berbagi kisah dengan sukacita.
Dalam obrolan ringan, kami membicarakan tentang misi, merangkai nostalgia misi yang pahit dan manis, serta berbagi kenangan tentang masa lalu dan harapan untuk masa depan karya-karya misi SVD di Regio Timor Leste.
Paroki Balibo, di Keuskupan Maliana, merupakan bagian dari keuskupan yang baru didirikan pada 30 Januari 2010, dengan Uskup Mgr. Norberto do Amaral.
Keuskupan ini meliputi tiga distrik: Bobonaro, Cova-Lima, dan Liquiçá.
Paroki Balibo berada di pinggir jalan utama Maliana menuju Dili, dengan topografi berbukit-bukit dan udara yang sangat sejuk.
Paroki ini terletak sekitar 10 km dari perbatasan dengan Kabupaten Belu, Indonesia, menjelaskan masih adanya hubungan keluarga antara dua wilayah tersebut.
Paroki ini didirikan pada tahun 1983 oleh Pater Yustus Asa, SVD, yang juga menjabat sebagai pastor paroki pertama.
Gereja paroki ini diresmikan pada 16 Oktober 1988, di bawah kepemimpinan Pater Yosef Kapitan, SVD. Santo Antonius dari Padua menjadi pelindung paroki ini.
Paroki Balibo terdiri dari lima stasi: Leohitu, Leolima, Batugede, Palaka, dan Kova, yang dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua dan roda empat, kecuali stasi Kova yang agak sulit diakses pada musim hujan.
Jumlah umat di paroki ini mencapai 4000 jiwa, dengan mayoritas penduduk Balibo sebagai petani, dan hanya sedikit yang bekerja sebagai guru, pegawai negeri, dan militer.
Ada tiga hal yang sangat khas ketika mengulas tentang Balibo.
Pertama, Tugu Proklamasi yang menjadi simbol integrasi dengan Indonesia.
Kompas pada 24 Juni 2021 mencatat proses integrasi tersebut, dengan deklarasi Balibo yang mendapat dukungan kuat dari Amerika Serikat dan Australia.
Pada 7 Desember 1975, pasukan Indonesia datang ke Timor Timur, dan pada 17 Desember 1975, kelompok pro integrasi menyatakan berdirinya Pemerintah Sementara Timor Timur (PSTT).
Deklarasi Balibo kemudian diakui dalam Undang-Undang No. 7 tahun 1976 dan ditetapkan sebagai hari integrasi atau lahirnya Timor Timur.
Kedua, Balibo Five, kelompok jurnalis Australia yang tewas pada 16 Oktober 1975 sebelum invasi Indonesia.
Greg Shackleton, Gary Cunningham, Tony Steward, Malcolm Rennie, dan Brian Petersen adalah para jurnalis yang melakukan liputan investigasi terhadap invasi Indonesia di Timor Portugis yang kini menjadi Timor Leste.
Pada tahun 2007, seorang koroner Australia menyatakan bahwa mereka dibunuh oleh tentara Indonesia.
Meskipun pemerintah Indonesia menyatakan bahwa mereka tewas dalam peristiwa tembak-menembak, kenyataannya terungkap dalam film “Balibo” yang memenangkan penghargaan Best Australian Film pada Australian Film Critics Association tahun 2009.
Ketiga, Benteng Balibo, yang didirikan pada masa pemerintahan Portugis sebagai sarana untuk menjaga wilayah Batugade dari penjajah.
Benteng ini terletak di tempat yang sangat strategis, menjangkau wilayah-wilayah di sekitarnya dari Barat sampai Timur, Utara, dan Selatan.
Diperkirakan berusia 350-370 tahun, benteng ini sekarang menjadi daya tarik wisata dengan hotel yang dikelola oleh pemerintah Timor Leste di dalam wilayah benteng.
Ada juga bangunan lain yang menampilkan sejarah pada masa pemerintahan Portugis dan Indonesia dalam dua bahasa: Tetun dan Inggris.
Seorang wisatawan menyatakan bahwa benteng ini membawanya pada masa lampau dan membantunya menatap masa depan yang cerah.
Balibo bukan hanya sebuah tempat geografis, tetapi juga menyimpan sejarah yang kaya dan kompleks.
Tugu Proklamasi, Balibo Five, dan Benteng Balibo adalah jejak-jejak yang menandai perjalanan panjang dan berliku Timor Leste.
Sejarahnya mencakup integrasi dengan Indonesia, pengorbanan jurnalis, dan peninggalan benteng peninggalan Portugis.
Balibo, dengan segala keunikan dan kenangan pahit-manisnya, tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan dan identitas Timor Leste.
Kisah ini diwariskan kepada generasi-generasi yang akan datang, karena sejarah selalu berarti kenangan dan harapan.








