Belajar adalah jalinan tak terpisahkan antara kegagalan dan keberhasilan, seperti mata uang yang tak terpisahkan dari kedua sisinya. Melalui proses belajar, kita menggabungkan pengalaman kegagalan dan keberhasilan, mengambil inspirasi dari tokoh-tokoh seperti Thomas Alva Edison dan Jack Ma. Rasul Petrus dan Paulus adalah contoh lainnya yang menunjukkan bagaimana kegagalan dapat diubah menjadi keberhasilan melalui pembelajaran yang berkelanjutan. SMA Santo Arnoldus Janssen, meski bukan pilihan pertama bagi banyak orang, menunjukkan pentingnya karakter, kesabaran, dan kerja keras dalam mencapai kesuksesan. Jadi, belajarlah dari kegagalan dan keberhasilan, karena keduanya memberikan inspirasi untuk terus maju.
Oleh:
Pater Apolinarius Wawo Koa SVD, S.Pd
(Kepala SMA St. Arnoldus Janssen Kupang)
Rasanya nano-nano
Rasanya ale-ale
Rasanya strowberi
Rasanya kopi kapal api
Rasanya the sostro
Rasa air putih, lebih disukai manusia. Air putih selalu menjadi jaminan hidup. Tanpa air putih, semua rasa di atas tidak punya makna. Air putih, air kehidupan. Meneguk air putih di waktu lelah dan haus seperti sedang berada dalam dunia para hedonis, menyenangkan sungguh, menggembirakan sangat.
Demikianlah hidup ada banyak rasa, namun ada satu rasa yang tak pernah selesai adalah rasa syukur.
Sebagai pelajar, sebagai guru ada dua hal yang tak pernah bisa dipisahkan, yaitu kegagalan dan keberhasilan. Dua hal ini dipersatukan oleh belajar. Ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan dari mata uang itu. Kegagalan di satu sisi dan keberhasilan di sisi yang lain, dipersatukan oleh belajar. Dari kegagalan, kita belajar dan dari keberhasilan kita juga belajar. Seperti penemu lampu Thomas Alva Edison yang melakukan ribuan uji coba untuk menemukan bola lampu. Kegagalan demi kegagalan ditemukannya, namun Thomas tidak pernah berhenti mencoba. Atau seperti Ali baba (Jack Ma) yang senantiasa memberi motivasi kepada para simpatan untuk selalu belajar dari kegagalan. Bacalah buku tentang seorang tokoh yang pernah gagal, demikian katanya.
Petrus, salah satu rasul yang pernah gagal, ia pernah menyangkal Yesus tiga kali. Ia belajar menjadi rasul yang unggul setelah kebangkita Yesus. Ia berani ke daerah-daerah bukan Yahudi, berani mewartakan tentang Kristus yang bangkit dan melakukan beberapa mukjizat. Petrus menjadi rasul yang unggul. Paulus adalah juga rasul yang gagal. Mulanya, ia adalah pembenci orang-orang Kristen. Ia menjadi saksi mata kematian Stefanus. Pengalaman Kebangkitan Yesus menariknya untuk menjadi rasul yang unggul. Ia menjadi rasul bagi bangsa-bangsa, seperti Abraham menjadi Bapa bagi bangsa-bangsa. Para ekseget bilang Paulus itu Rasul paling hebat dalam masanya, dan di masa sekarang. Ia menulis banyak buku, dan ia paling banyak mengadakan perjalanan. Paulus mungkin satu-satunya tokoh dalam sejarah yang luar biasa. Kegagalan dapat dan selalu menjadi inspirasi untuk belajar.
Keberhasilan juga menjadi inspirasi bagi kita untuk belajar. Apa saja yang kita pelajari dalam keberhasilan? Yang kita pelajari dari keberhasilan adalah kerendahan hati, ketekunan, kesetiaan, kegigihan dan konsistensi. Dari kegegalan dan keberhasilan dipadukan dengan sikap belajar. Bersyukurlah karena pernah gagal, bersyukurlah karena pernah berhasil. Keduanya membangkitkan semangat belajar.
SMA Santo Arnoldus Janssen, barangkali bukan tempat atau lembaga pendidikan yang sempurna. Juga barangkali menjadi pilihan terakhir setelah beberapa pilihan yang mendahului. Boleh jadi ada di antara angkatan ketiga ini yang mau menjautkan pendidikan di sekolah-sekolah negeri, tapi karena luput dari perhatian, mereka memilih SMA ini. Covid, salah satu yang turut menyebabkan pilihan kecil kepada sekolah ini. Tidak heran yang menjatuhkan pilihan adalah 40 putra dan putri hebat yang ada di hadapan kita, selain karena sekolah ini belum dikenal luas. covid mengacaukan ritme hidup seorang guru dan peserta didik. Tatap muka diganti Tatap layar, perjumpaan langsung diganti perjumpaan maya. Para peserta didik diasuh, dikontrol dan dididik oleh orang tua dengan presentasi 90 persen. Belakangan ketahuan bahwa orang tua tidak berhasil mendidik anak-anak di rumah, Sekalipun anak seorang guru. Penelitian menunjukkan bahwa orang tua tidak cukup berhasil mendidik anak di rumah pada masa pandemi. Bahkan ada banyak orang tua yang mengharapkan agar sekolah-sekolah dibuka lagi secara normal. Nanti Bapak dan mama Tanya diri sendiri kenapa seperti itu, karena saya tidak punya anak.
SMA Arnoldus Janssen menjadi pilihan ke-40 tiga tahun silam. Gedung, sarana dan prasarana masih kalah dari sekolah-sekolah pendahulu. Saya ingat, Penelitian Thomas Stanly yang membuat indikator 100 faktor sukses. Ia meneliti di 72 negara, dari semua responden menempatkan 5 faktor paling dominan yang menentukan kesuksesan adalah kejujuran, disiplin, interpersonal skill, dukungan dari pasangan dan bekerja keras. Setelah membaca hasil penelitian ini, saya menyimpulkan bahwa pendidikan karakter tidak pernah bisa digantikan oleh apapun. Kejujuran dan disiplin misalnya tidak bersentuhan langsung dengan sarana dan prasarana. Sekolah mesti punya sarana dan prasarana yang lengkap baru ada disiplin, hemat saya tidak. Sekolah ini sedang dalam perjalanan untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan kedisiplinan sesuai dengan caranya. Hemat saya kesan itu ada di Orang Tua dan adik-adik angkatan III. Tentang kejujuran, hemat saya ada pada pengalaman para peserta didik. Sekolah ini bukan menjadi sekolah paling favorit, tidak ada dalam daftar sekolah favorit di NTT yang pernah dirilis media massa elektronik. Hemat saya, orang tua yang menitipkan adik-adik di sini karena sekolah ini menanamkan karakter bagi adik-adik. Kita sama-sama punya tanggung jawab menanamkan karakter yang benar kepada adik-adik.
Ada beberapa keadilan Tuhan. Pertama, keadilan Tuhan adalah waktu. Tuhan menganugerahkan waktu kepada setiap Makhluk, tanpa membedakan. Orang kaya dan miskin secara ekonomi diberikan waktu kepada Tuhan 24 jam sehari. Pengusaha, karyawan-karyawati diberikan waktu 24 jam sehari, guru dan para peserta didik diberikan waktu 24 sehari. Janin dalam Rahim dan Presiden diberikan waktu 24 jam sehari. Semua kita bertumbuh dan berkembang dalam 24 jam sehari. Bagi mereka yang menggunakan waktu dengan benar, mereka yang dapat menikmati kerberhasilan dengan sungguh-sungguh. Bagi mereka yang senantiasa mencintai waktu dengan mengisi aktivitas-aktivitas berkualitas, mereka adalah orang-orang yang mencintai dan memberi makna pada kehidupan. Kesuksesan ada di sekitar kita, tidak ada di mana-mana, ada di Ayah dan Ibu. Belajarlah bagaimana mereka bisa membiaya hidupmu, bagaimana roda kehidupan keluarga dapat berjalan dengan baik. Belajarlah dari Ayah yang memperjuangkan hidup untuk keluarga, belajarlah dari sosok Ibu yang setia menjalankan tugasnya. Belajar dari seorang Ibu, yang mampu mendidik anak-anaknya setelah ditinggalkan suami, atau belajarlah dari Paman, orang tua wali yang juga dengan setia mendidikmu. Mereka adalah orang-orang yang Tuhan anugerahkan kepada kita untuk mencintai masa depannya. Oleh karena itu, hanya kita yang dapat mengubah diri dalam detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun. Mencintai waktu berarti Mencintai Sang Pemberi. Tuhan itu adil, yang tidak adil adalah kita.
Kedua, keadilan Tuhan yang tampak dalam Injil hari ini bagi para penabur adalah benih yang berkualitas, walaupun Penginjil tidak menyampaikan ciri-ciri benih itu yang memenuhi kriteria pertanian. Namun, para pendengar kisah ini paham bahwa benih selalu berkualitas, apalagi pada masa-masa awal sebelum teknologi pertanian berkembang seperti saat ini. Saya ingat oma saya selalu ambil benih paling baik dan ditempatkan pada tempat benih yang baik. Apa itu sebetulnya benih, benih dapat diartikan sebagai Sabda Tuhan. Sabda itu punya kekuatan…. (contoh: Selsi bisa berdiri). Benih dalam pengertian lain adalah Talenta. Kita semua punya talenta, tidak ada manusia yang diciptakan tanpa talenta. Lalu apa itu tanah? Tanah itu karakteristik manusia.
Ada 4 karakteristik manusia: Pertama, Tanah di pinggir jalan. Karakter pribadi ini adalah menerima karunia, dan menujukkan kepada orang lain, namun karena kekuatan yang lain lebih dominan, ia menyerah kalah dan lupa untuk mengembangkan diri, misalnya jalan disimbolkan dengan keramaian. Ia tidak memiliki karakter diri yang tangguh. Kedua, tanah yang berbatu-batu. Karakter orang ini adalah kepala batu. Orang yang punya karakter seperti ini, dia dengar tapi tidak peduli untuk melaksanakannya. Kita baru saja merayakan Paskah, Kubur Yesus dapat dikunjungi oleh Maria dan Para Rasul karena batu digulingkan. Mau berhasil mesti buang batu yang ada di kepala.
Ketiga, jatuh di semak duri. Ada adegium duri dalam daging. Bagaimana daging bisa merasa aman sedangkan dalam daging itu ada duri? Tantangan terbesar manusia beriman adalah melukai diri sendiri. Terlalu menyalahkan diri sendiri. Menyalahkan diri berlebihan tidak sehat secara psikologis. Berpikirlah positif terhadap diri sendiri. Orang yang berpikir positif adalah orang yang melihat peluang pada setiap tantangan, berkat pada setiap masalah. Sebaliknya orang yang berpikir dan cendrung menyalahkan diri adalah orang yang melihat kutuk pada setiap masalah dan buntu pada setiap tantangan. Keempat, tanah yang subur adalah symbol tipikal karakter manusia yang punya integritas. Ukuran integritas kita ada pada kejujuran dan disiplin. Integritas dirinya teruji, karena itu buahnya adalah 100, 60 dan 30 kali lipat. Orang yang berintegritas selalu punya hasil. Kita semua yang hadir di sini sedang berjuang untuk memiliki integritas diri yang mumpuni.
Jika kita membaca secara teliti, karakter tanah dimulai dengan yang paling rendah sampai pada yang paling tinggi. Pinggir jalan, tanah berbatu-batu, di tengah semak duri, dan tanah yang subur. Grafiknya naik. Demikian juga hidup ini, grafiknya naik. Ada tiga symbol tanah yang gagal yaitu tanah pinggir jalan, berbatu-batu, tanah di tengah semak duri. Kegagalan demi kegagalan dapat kita raih. Hidup tidak selamanya gagal, kebangkitan baru selalu tampak. Tanah subur ada di depan mata setelah belajar dari kegagalan. Tanah yang subur merupakan simbol keberhasilan. Kerhassilan tetap punya nilai yang berarti. Orang yang berhasil adalah orang yang selalu belajar agar hasilnya tidak nol, boleh turun dari 100 ke 60, boleh turun dari 60 ke 30, namun karena terus belajar ia tidak boleh turun dari 30 ke nol. Profisiat adik-adik, terima kasih untuk Orang Tua, terima kasih untuk Bapak dan Ibu Guru, terima kasih kepada para donatur, komite, terima kasih untuk dinas pendidikan, terima kasih untuk semua. Terima kasih untuk waktu. Maju bersama hebat semua. Kalau mau tiba lebih dulu, jalan sendiri (belum tentu selamat). Tapi kalau mau tiba dengan selamat, jalan bersama. (*)