wartaSAJ – Pada Sabtu, 6 April 2024, sebanyak 20 peserta didik SMA Santo Arnoldus Janssen Kupang, yang terdiri dari 10 perempuan dan 10 laki-laki, mengikuti kemah gabungan. Kegiatan ini diawali dengan check-in dari para peserta yang terlibat. Acara selanjutnya adalah pemasangan tenda dan persiapan makanan dan minuman.
Kegiatan kemah gabungan ini dibuka dengan upacara pembuka yang dipimpin oleh Kaka Adelina N. Liwu, S.Pd, kepala sekolah SMA Negeri 9 Kupang, sebagai tuan rumah dan penyelenggara. Ia bertindak sebagai Mabigus, mengatakan bahwa kemah ini merupakan kemah gabungan dari tujuh SMA di Kupang. Ketujuh SMA tersebut adalah:
- SMA Negeri 9 Kupang
- SMA Negeri 4 Kupang
- SMA Negeri 5 Kupang
- SMA Santo Arnoldus Janssen Kupang
- SMA Negeri 1 Fatuleu
- SMA Negeri 11 Kupang
- SMA Negeri 7 Kupang
Menurut beliau, SMA Santo Arnoldus Janssen merupakan satu-satunya SMA swasta yang ikut serta dalam kegiatan pramuka ini.
“Kegiatan ini seharusnya dilakukan di Bukit Fatusuba, namun karena fasilitas yang tidak memadai, kami memutuskan untuk melangsungkannya di halaman depan Gereja Mizpa Bonen-Baumata,” jelasnya.
Setelah upacara, para peserta mendapat penjelasan yang lengkap tentang kondisi lingkungan, termasuk beberapa gua Jepang, dari Pendeta Otniel Dani Liu. Ia menjelaskan bahwa salah satu peninggalan khas masa penjajahan Jepang adalah gua. Terdapat beberapa gua yang eksotik di sekitar Kupang.
“Gua Jepang yang terbesar di NTT berada di Bonen,” jelasnya sambil menunjukkan lokasi-lokasi gua tersebut. Gua-gua ini dikenal sebagai benteng Jepang, tempat persembunyian dan perlawanan terhadap musuh.
“Pada setiap mulut gua dipajang nama, misalnya, di salah satu mulut gua bernama Gua Klinik Pengobatan,” sambungnya.
Pendeta Otniel merupakan salah satu orang yang aktif mempromosikan gua-gua ini melalui media sosial. Salah satu media sosial yang sering digunakannya adalah Facebook (FB). Luas benteng Jepang tersebut mencapai 36.600 m². Berkat promosi ini, banyak orang yang mengenal dan mencintai benteng Jepang tersebut. Setiap hari, ada pengunjung lokal, nasional, maupun mancanegara yang datang ke sana. Materi penjelasan ini disampaikan dengan cara yang menarik dan mudah dimengerti sehingga mendapat perhatian serius dari para peserta.
Satu kegiatan yang juga menjadi pusat perhatian peserta adalah ibadah ekumene yang dipimpin oleh Ibu Deazsy A. Liwu Tatenkeng, S.Si., MA. Melalui renungannya, ia menyampaikan tentang pentingnya pergaulan yang sehat dan bermartabat.
“Seorang yang baik dipengaruhi oleh pergaulan dan lingkungan yang baik,” kata Ibu Deazsy.
Ia menjelaskan bahwa pergaulan yang sehat memberikan dampak yang luar biasa bagi para remaja untuk bertumbuh dan berkembang dengan benar.
Siapa kita tidak hanya ditentukan oleh diri kita sendiri, tetapi juga oleh lingkungan sekitar kita. Ibu Deazsy juga menjelaskan tentang “toxic people”, sebuah terminologi yang menjelaskan bahwa sikap dan perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan pergaulannya.
Acara hari pertama kamping ditutup dengan makan malam bersama. (Putri Blikololong, Kelas XI Bahasa)