Malam itu, angin sejuk membelai desa terpencil, merayapi rumah tua di tepi hutan yang menyimpan misteri. Jebel, pemuda penjelajah, memutuskan untuk mengejar cerita-cerita horor yang melingkupi desa itu dengan menjelajahi rumah tua itu sendirian.
Rumah tua itu menyambut Jebel dengan suasana kelam, langkah-langkahnya membangkitkan tudingan aneh dan desisan tak terdengar. Aura misterius menggelayuti, membuat bulu kuduknya merinding.
Di ujung lorong gelap, bayangan hitam muncul, mengejar Jebel dengan tatapan menakutkan. Suara langkah tak terlihat semakin intens, menghadirkan ancaman yang sulit dihindari.
Dalam kamar terbuka, Jebel menemukan laci-laci tua berisi surat-surat tragis dan foto keluarga yang meninggal secara misterius. Cerita kelam itu menyelimuti desa dengan anggapan angker.
Dalam sudut kamar, bayangan wajah keluarga di foto bergerak-gerak seperti hantu, menakuti Jebel hingga terjatuh. Entitas gelap tak terjelaskan merasuki kehadirannya.
Lampu-lampu mati, ruangan gelap, pintu yang terkunci sendiri, dan suara-suara aneh menggiring Jebel ke ketakutan. Desa kembali terbungkus dalam misteri, dan Jebel lenyap tanpa jejak.
Rumah tua terlupakan, tapi desa tetap merasakan getir kenangan horor yang meresap dalam keheningan malam, menunggu untuk meneror siapa pun yang berani menyentuhnya. (*)