Example 728x250
Example floating
Example floating
Refleksi

Letusan Lewotobi dan Panggilan Kemanusiaan (Alam Punya Cara, Manusia Punya Kisah)

260
×

Letusan Lewotobi dan Panggilan Kemanusiaan (Alam Punya Cara, Manusia Punya Kisah)

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

WartaSAJ-Baru saja kita menyaksikan letusan Gunung Lewotobi laki-laki di kecamatan Wulanggitang melalui media sosial. Tawa, jadi air mata. Suka, jadi duka. Berhasil, jadi gagal. Luapan larva panas, hujan pasir dan debu menyebabkan daerah di sekitar gunung berubah warna. Hijau jadi abu-abu. Atap-atap rumah dipenuhi debu dan pasir. Halaman rumah yang asri dipadati reruntuhan bangunan. Taman-taman yang indah tak elok dipandang mata karena berhamburan debu dan abu. Kecamatan wulanggitang berubah sekejap. Malam penuh misteri itu menuai korban. Pada Minggu 3 November 2024, Beberapa menit sebelum pukul 24.00 Wita, larva panas dan batu-batu besar menimpah rumah warga.

Ada beberapa peristiwa genting yang terjadi menjelang letusan pada minggu malam itu. Kompas, 4 November 2024 melansir berita tentang kronologi gunung Lewotobi meletus. Dalam laman ini disebutkan bahwa PVMBG mencatat, telah terjadi 43 kali gempa letusan, 28 kali gempa embusan, 94 kali gempa harmonik, tujuh kali gempa low frequency, dan 133 kali gempa vulkanik dangkal pada Rabu (23/10/2024) hingga Minggu (3/11/2024) pukul 18.00 Wita. Peristiwa ini mengenaskan. Suasana malam itu berubah drastis. Hidup seperti mimpi. Rumah dan bangunan yang tegak di pagi hari, berubah jadi puing-puing reruntuhan. Ada duka, ada luka dan ada tangis yang membara. Satu keluarga hilang sekejap, akibat runtuhan rumah di malam sepi.

Example 300250

Gempa bumi merupakan satu bencana alam yang akrab bagi orang-orang Flores. Masih segar dalam ingatan kita, pada 12 Desember 1992 pada pukul 13:29 Wita terjadi gempa bumi besar berkekuatan 7.8 pada skala magnitudo yang terjadi di lepas pantai Flores. Gempa ini menyebabkan tsunami setinggi 36 meter. Setidaknya ada 2.500 orang tewas atau hilang di wilayah Flores, termasuk 1.490 tewas di Maumere, 700 di pulau Babi, lebih dari  500 orang terluka dan 90.000 orang kehilangan tempat tinggal. Gempa ini punya kisah sendiri, bahkan saudara-saudari yang mengalami langsung gempa ini enggan untuk bercerita, karena menakutkan dan meninggalkan trauma.

Dalam kitab Suci, terutama Perjanjian Baru juga berkisah tentang gempa pada peristiwa kematian Yesus. “Maka terjadilah gempa bumi yang hebat, sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya” (Mat. 28:2). Batu pada kubur Yesus terguling karena bantuan gempa. Gempa dalam teks ini dinilai sangat positif. Perjumpaan Yesus dan Maria serta para rasul menjadi mungkin karena batu yang terguling dari kubur.

Gempa vulkanik karena letusan gunung Lewotobi laki-laki pada hakikatnya membuka cara pandang baru, perspektif baru tentang kemanusiaan. Perjumpaan kita dengan saudara-saudari, keluarga-keluarga korban menjadi mungkin karena bencana ini. Gempa yang mula-mula dipahami sebagai bencana bagi para korban, gempa pada akhirnya adalah panggilan untuk mengabdi pada kemanusiaan bagi saudara-saudari di kecamatan Wulanggitang. Ada banyak cara dan bentuk saudara-saudari kita memberikan pertolongan dan bantuan dari latar belakang agama, budaya dan ras serta suku yang berbeda. Benar, adegium berikut “Kita berbeda dalam iman, kita bersatu dalam kemanusiaan”. Panggilan kepada kemanusiaan adalah panggilan universal. Memberikan bantuan kepada sesama yang membutuhkan merupakan ungkapan kasih paling dalam dari sekadar sebuah ritus liturgi. “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”(Mat. 25:40).

Panggilan kepada kemanusiaan tidak berhenti pada bantuan dan pertolongan kepada para korban letusan gunung Lewotobi laki-laki. Panggilan kepada kemanusiaan juga sederajat dengan panggilan untuk memelihara alam. memelihara alam sama dengan memelihara kemanusiaan.  Akhir-akhir ini, selain gempa. Dunia sedang dilanda oleh bencana-bencana lain. Tanah longsor, kekurangan air bersih, musim hujan yang tidak pasti, gagal panen dan panas yang berkepanjangan. Situasi ini sedang memanggil kita untuk berpihak pada alam. Manusia dipanggil untuk mengabdi kepada lingkungan hidup. Sri Paus Fransiskus menaruh harapan besar pada umat manusia untuk menjaga alam sebagai rumah bersama dalam ensiklik Laudato Si.  Sri Paus yang memilih hidup sederhana dari kebanyakan pemimpin Negara punya “indera keenam” untuk melihat dunia bisa menjadi rumah bersama 1000 tahun ke depan, seperti ujaran Chairil Anwar “Aku ingin hidup seribu tahun lagi” dalam puisi “Aku”. Letusan Gunung lewotobi laki-laki menginspirasi kita untuk menjaga kisah mesra dengan alam seperti pada awal ciptaan manusia di taman Eden. Di taman ini, manusia pertama mengalami sukacita sempurna.

Pada akhir tulisan ini, saya kutip kata-kata dari legendaris, penyanyi hebat Amerika Serikat bernama Michael Jackson dalam lagu yang berjudul “Heal The World”

Heal the world
Make it a better place
For you and for me
And the entire human race
There are people dying
If you care enough for the living
Make a better place
For you and for me

Example floating

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *