WartaSAJ-Pada setiap Oktober, kita selalu berdoa bersama Maria serta keluarga-keluarga Katolik. Keluarga-keluarga Katolik pada bulan ini memiliki devosi yang khusus dengan Bunda Maria. Devosi dalam banyak bentuk dan cara. Salah satu bentuk devosi yang lazim pada bulan ini adalah doa Rosario. Setiap Kelompok Umat Basis (KUB) mengadakan doa Rosario dengan intensi yang beraneka ragam. Intensi-intensi yang disampaikan pada bulan Oktober merupakan ungkapan solidaritas dengan saudara-saudari dan keadaan dunia yang nyata. Mendoakan perdamaian dunia misalnya, merupakan bentuk solidaritas dengan saudara-saudari yang berada dalam situasi konflik. Mendoakan pemimpin bangsa dan Negara misalnya, merupakan ungkapan solidaritas untuk mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi.
Salah satu bentuk nyata dari solidaritas Maria adalah “peristiwa perkawinan di Kana”. Kehabisan anggur yang berkualitas menjadi bukti keprihatinan Maria untuk menyampaikan situasi keluarga kepada Yesus. Maria menjadi pribadi yang solider dengan keluarga yang kehabisan anggur di Kana. Solidaritas tidak sekadar sebagai nilai, juga sebagai doa dan aksi nyata. Manusia yang bersolider adalah seorang pendoa ulung dan pemecah masalah.
Solidaritas Maria adalah ungkapan hatinya yang jujur. Solidaritas tidak mengada-ada, ia lahir dari kejujuran. Kejujuran terhadap situasi nyata, dan kejujuran untuk mengatasi situasi tersebut. Hal ini menjadi jelas bahwa solidaritas tidak bisa dipisahkan dari kejujuran. Maria, dalam seluruh hidup dan karyanya adalah pribadi yang jujur. Kejujuran terhadap diri sendiri adalah yang utama. Berhadapan dengan kejujuran, dua hal yang sangat sulit adalah tidak dapat menipu diri dan tidak dapat menipu Tuhan. Dan dalam setiap diri manusia ada kenyataan tentang “Suara Hati”. Kejujuran itu tidak ada sekolahnya, yang ada adalah latihan untuk selalu menjunjung tinggi kejujuran. Dan latihan itu sepanjang hayat.
Maria, adalah seorang wanita yang hidup ribuan tahun silam. Maria tidak memiliki pendidikan khusus tentang kejujuran. Seluruh hidupnya adalah pendidikan tentang kejujuran. Belum bersuami, dia katakan jujur kepada Tuhan, bagaimana mungkin hal itu terjadi karena aku belum bersuami? Ketika ada cacah jiwa, Maria dan Yusuf secara terbuka lari ke Mesir untuk menyelamatkan kanak-kanak Yesus. Ketika ke Yerusalem dan pulang tanpa Yesus, Maria dan Yusuf mencarinya sampai dapat. Ketika peristiwa penyaliban PuteraNya, Maria menerima dan mengikutinya dengan hati yang lapang. Maria jujur dengan semua kenyataan hidup. Hidupnya adalah solidaritasnya terhadap dunia.
Pada tahun ini, kita sedang memasuki tahun politik. Ada banyak calon pemimpin kota/kabupaten dan provinsi yang sedang mendatangi masyarakat kota dan pedalaman untuk menerima aspirasi dan inspirasi masyarakat. Ada ungkapan sederhana “orang yang pernah sakit, lebih gampang menolong orang sakit”. Calon Pemimpin yang senantiasa ada bersama masyarakat dan rajin turun ke masyarakat kecil dan menengah merupakan calon pemimpin yang gampang bersolider dengan masyarakat. Ukuran solidaritas calon pemimpin ada pada semangat mengunjungi masyarakat di daerah pedalaman dan terpencil serta menjalankan aksi nyata.
Saya amat yakin setiap pemimpin memiliki kualitas kepribadian dan pengetahuan. Namun, itu tidak berarti serentak memiliki solidaritas. Solidaritas tidak berhenti pada keprihatinan terhadap saudara dan saudari sesuai dengan kebutuhannya. Solidaritas lebih berarti ungkapan kejujuran, yaitu kejujuran untuk mengatakan mampu dan tidak mampu mengatasi kesulitan masyarakat. Kejujuran lebih dari sekadar janji. Janji pada waktunya akan menuai ingkaran, sedangkan kejujuran akan menuai jalan keluar.
Terima kasih kapada Maria
Ibu yang senantiasa bersama dalam “doa salam Maria” pada setiap bulir rosario
Ibu yang menyimpan semua perkara dalam hati
Ibu yang menjemput Puteranya, Yesus pulang ke Nazaret
Ibu yang menyanyikan pujian indah kepada Bapa
Ibu yang menyertai PuteraNya sampai selesai masa baktiNya
Ibu yang menerima Yohanes ketika diminta PuteraNya
Ibu yang senantiasa menyampaikan pesan umatnya “mereka kehabisan anggur!”




