Temukan keberhasilan pelatihan jurnalistik baru-baru ini di SMA Santo Arnoldus Janssen melalui hasil survei peserta. Mayoritas peserta memberikan penilaian positif terhadap materi, manfaat, dan metode pembelajaran. Selain itu, peserta memberikan usulan perbaikan untuk meningkatkan kualitas pelatihan, termasuk perincian materi, kegiatan lebih spesifik, pendampingan intensif, inklusi kegiatan ekstrakurikuler, dan peningkatan kapasitas server website.
Oleh: Gergorius Babo, S.Kom
(Orang Tua/Wali Peserta Didik SMA Santo Arnoldus Janssen Kupang)
wartaSAJ – Pasca pemberian materi terakhir pada pelatihan jurnalistik yang diadakan baru-baru ini, (Kamis, 11/01), peserta diberikan kesempatan untuk mengevaluasi kegiatan tersebut melalui sebuah survei. Survei tersebut terdiri dari 8 pertanyaan yang didesain untuk mendapatkan pendapat serta tanggapan dari para peserta terkait pembelajaran dan manfaat yang mereka peroleh dari pelatihan ini.
Dalam pertanyaan pertama, peserta diminta untuk menyatakan pendapat mereka tentang materi yang diajarkan dalam pelatihan jurnalistik. Hasil survei menunjukkan bahwa 51,9% peserta menyatakan bahwa materi yang diajarkan sangat baik, sementara 37% menyatakan bahwa materi tersebut baik, dan 11,1% menyatakan cukup baik. Alangkah menggembirakannya, tidak ada peserta yang menyatakan bahwa materi yang diajarkan tidak baik.
Selanjutnya, peserta diminta untuk menilai apakah pelatihan jurnalistik ini memberikan manfaat dalam pengembangan kemampuan jurnalistik mereka. Mayoritas peserta, yaitu 55,6%, menyatakan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat. Sementara itu, 40,7% menyatakan bahwa pelatihan ini bermanfaat. Hanya sebagian kecil, yaitu 3,7% atau 1 orang, yang menyatakan bahwa pelatihan ini tidak bermanfaat.
Survey juga menanyakan peserta mengenai metode pembelajaran yang digunakan. Hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas peserta, yaitu 66,7%, menyatakan bahwa metode pembelajaran yang digunakan sangat efektif. Sebanyak 33,3% peserta menyatakan bahwa metode tersebut efektif. Tidak ada satupun peserta yang menyatakan bahwa metode pembelajaran yang digunakan cukup atau tidak efektif.
Lebih lanjut, peserta juga diminta memberikan penilaian terhadap pendampingan yang diberikan oleh pemateri selama kegiatan pelatihan. Mayoritas peserta, yaitu 57,7%, menyatakan bahwa pendampingan yang diberikan oleh pemateri memadai. Bahkan ada sebagian peserta yang menyatakan bahwa pendampingan tersebut sangat memadai, mencapai 42,35%. Tidak ada satupun peserta yang menyatakan bahwa pendampingan yang diberikan hanya cukup atau tidak memadai.
Selain itu, peserta juga ditanya apakah pelatihan jurnalistik ini telah memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan kemampuan menulis. Secara umum, hampir 60% peserta (59,3%) menyatakan bahwa pelatihan ini sangat memberikan kesempatan. Sementara itu, 40,7% menyatakan bahwa pelatihan ini memberikan kesempatan. Tidak ada peserta yang menjawab bahwa pelatihan ini hanya cukup atau tidak memberikan kesempatan.
Dari segi kepuasan, tingkat kepuasan peserta terhadap pelatihan jurnalistik ini juga didapatkan melalui survei. Hasilnya menunjukkan bahwa 32,4% peserta menyatakan bahwa mereka sangat puas dengan pelatihan ini, 27% menyatakan puas, dan 40,5% menyatakan cukup puas.
Terakhir, peserta ditanya apakah mereka bertekad untuk terus mengembangkan kemampuan jurnalistik setelah mengikuti kegiatan pelatihan ini. Mayoritas peserta, yaitu 63%, menjawab “ya”. Sementara itu, 37% sisanya menyatakan mungkin, namun tidak ada yang secara tegas menyatakan “tidak”.
Keseluruhan hasil survei menunjukkan adanya keberhasilan dalam pelatihan jurnalistik ini. Mayoritas peserta memberikan penilaian yang positif terhadap materi, manfaat, metode pembelajaran, pendampingan pemateri, kesempatan pengembangan kemampuan menulis, tingkat kepuasan, dan komitmen untuk mengembangkan kemampuan jurnalistik
Peserta diberikan pertanyaan terbuka, terkait usul atau saran terhadap kegiatan pelatihan jurnalistik yang dilaksanakan di SMA Santo Arnoldus Janssen. Peserta mengungkapkan usulan dan saran yang berharga untuk meningkatkan kualitas pelatihan jurnalistik.
Secara umum, pelatihan yang diselenggarakan oleh Badan Pengurus Komite Sekolah, 9-11 Januari 2024 melibatkan banyak peserta didik yang bersemangat.
Peserta pelatihan mengusulkan beberapa perbaikan sebagai berikut:
1. Materi yang dibawakan secara terinci. Peserta berharap pelatihan ini dapat memberikan penjelasan yang lebih mendalam tentang setiap materi yang diajarkan. Penjelasan yang rinci akan membantu peserta memahami materi dengan lebih baik.
2. Dilanjutkan dengan kegiatan yang lebih spesifik. Pelatihan ini sebaiknya tidak berhenti di level dasar saja, tetapi dilanjutkan dengan kegiatan yang lebih spesifik untuk meningkatkan kemampuan menulis peserta. Dengan demikian, peserta dapat terus mengasah kemampuannya dalam menulis berita.
3. Pendampingan lebih lanjut. Peserta berharap adanya pendampingan yang lebih intensif dan kontinu setelah pelatihan. Pendampingan tersebut dapat membantu peserta dalam mengatasi kesulitan atau tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas jurnalistik.
4. Inklusi kegiatan jurnalistik dalam ekstrakurikuler. Agar minat dan kemampuan peserta terus berkembang, para peserta menyarankan agar kegiatan jurnalistik dimasukkan ke dalam kegiatan ekstrakurikuler. Ini akan memberikan kesempatan bagi peserta untuk terus berlatih dan mengembangkan kemampuannya dalam menulis berita.
5. Memberikan istirahat untuk aktivitas permainan (game). Peserta menyarankan agar dalam pelatihan jurnalistik selanjutnya, diadakanlah sesi istirahat untuk bermain game. Hal ini dapat membuat suasana pelatihan menjadi lebih seru dan tidak membosankan.
6. Penggunaan presentasi Powerpoint yang menarik. Peserta mengusulkan agar materi yang disampaikan dalam pelatihan dijelaskan dengan menggunakan presentasi Powerpoint yang lebih menarik. Hal ini dapat membantu peserta untuk lebih fokus dan tertarik dalam mengikuti materi.
7. Menjaga kecepatan saat menjelaskan. Peserta berharap para pelatih dapat menjaga kecepatan saat menjelaskan materi agar peserta dapat memahami dengan baik. Terlalu terburu-buru dalam menjelaskan dapat menyulitkan peserta dalam memahami konsep yang diajarkan.
8. Meningkatkan kapasitas server website. Saran terakhir yang diberikan adalah meningkatkan kapasitas server website untuk penulis agar artikel yang ingin ditulis dapat diakses dengan lebih mudah dan cepat. Hal ini akan memberikan kenyamanan bagi peserta dalam berbagi karya tulis mereka.
Demikian usulan dan saran yang telah disampaikan oleh peserta pelatihan jurnalistik, Badan Pengurus Komite Sekolah akan mengevaluasi saran-saran ini agar pelatihan lebih efektif dan berkualitas.
Pelatihan jurnalistik ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang nyata bagi peserta didik serta meningkatkan kualitas literasi guru dalam memberikan pembelajaran yang lebih baik di masa depan.
Lalu, bagaimana dengan kita orang tua dalam mendukung peserta didik? Penulis tertarik dengan kata-kata Nadiem Makarim yang dikutip Pater Apolynarius Wawo Koa, SVD, S.Pd (Kepala SMA Santo Arnoldus Janssen, red) pada acara penutupan kegiatan pelatihan jurnalistik (Kamis, 11/01).
Nadiem Makarim berpendapat bahwa pengertian guru tidak terbatas pada mereka yang mengajar di lingkungan sekolah. Ia percaya bahwa setiap individu memiliki potensi untuk menjadi seorang guru dan pendidikan bisa terjadi di mana saja.
Pernyataan Pater Aris yang mengutip Nadiem Makarim menegaskan bahwa guru bukan hanya bapak dan ibu di sekolah, tetapi juga dapat merujuk kepada para pemateri atau penceramah yang memberikan pengetahuan kepada orang lain. Nadiem Makarim juga melihat sekolah sebagai suatu konsep yang lebih luas daripada waktu belajar formal antara pukul 07.15 hingga 13.45.
Ia percaya bahwa pendidikan berlangsung secara terus-menerus di sepanjang kehidupan dan melibatkan pikiran serta pemikiran yang mendalam. Dalam pandangannya, sekolah tidak hanya terkait dengan tempat fisik, tetapi juga mencakup lingkungan di mana seseorang bisa belajar dan berkembang.
Pandangan Nadiem Makarim tentang guru dan sekolah menunjukkan pemahaman yang inklusif dan progresif terhadap pendidikan. Ia memberikan ruang bagi setiap individu (termasuk orang tua) untuk berperan sebagai guru dan melihat pendidikan sebagai suatu proses yang terjadi secara menyeluruh dalam kehidupan sehari-hari.
Kesimpulannya, peran orang tua sebagai guru bagi anak-anak dapat sangat penting, dan rumah dapat menjadi sebuah sekolah yang efektif bagi mereka. Dengan menjalankan peran guru di rumah, orang tua dapat mendorong, memfasilitasi, dan mengajar anak-anak mereka secara individual untuk meningkatkan kemampuan literasi, terutama dalam hal keterampilan menulis.
Selain itu, upaya ini dapat disinergikan dengan peran sekolah dan Komite melalui program-program yang terencana. Dengan bekerjasama, sekolah, orang tua, dan Komite dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih efektif dan holistik bagi anak-anak.
Hal ini akan membantu mereka mengembangkan keterampilan menulis secara menyeluruh, memberikan landasan yang kuat bagi kemampuan literasi mereka. Melalui sinergitas ini, anak-anak akan mendapatkan dukungan yang berkelanjutan dari berbagai sumber, yang akan meningkatkan kesempatan mereka untuk menjadi lebih terampil dalam menulis dan membaca.
Dengan menjadi guru bagi anak-anak di rumah dan melibatkan semua pihak terkait, kita dapat memastikan bahwa mereka memiliki peluang terbaik untuk mengembangkan kemampuan literasi yang kuat dan sukses dalam pendidikan dan kehidupan mereka yang akan datang. (*)